Senin, 05 Desember 2011

Belajar Memaafkan Orang Lain

Maaf adalah kata kunci untuk membuka pintu dendam dan belenggu kebencian. Maaf mengandung sebuah kekuatan yang sanggup mematahkan rantai kepahitan dan keterikatan pada sifat mementingkan diri," demikianlah ungkapan manis yang keluar dari seorang yang bernama William Arthur Ward.

Saudaraku, kita semua pernah mengalami pasang surut dalam hubungan-hubungan kita. Di antara kita malah ada yang menerima perlakuan menyakitkan dari orang yang paling kita cintai. Ada yang setiap hari hidupnya dalam lingkungan yang terus-menerus menekan dan melecehkan harga dirinya. Ada yang berani menghadapi orang yang telah menjatuhkan semangat mereka namun ada pula yang menggigil setiap kali mengingat orang yang pernah menghancurkan kepercayaan mereka.

Begitulah, orang yang sakit hati ada di mana-mana. Hubungan antar manusia sedang dalam masa pancaroba. Kesepian merajalela. Ketidakadilan, bahkan penelantaran terjadi tanpa kendali. Mengurung pun menjadi cara pelarian yang ditempuh oleh banyak orang. Di luar sana banyak orang yang ingin sekali mendengar kata-kata, "Aku memaafkanmu," namun banyak pula korban yang terus mencari cara membalas dendam. Kita telah menjadi sebuah bangsa yang terobsesi dengan keadilan.

Entah berapa banyak orang di dunia ini yang kini sedang menunggu pemberian maaf, sama banyaknya dengan orang yang dapat memperoleh manfaat dari pemberian maaf itu. Maaf merupakan jembatan yang harus diseberangi oleh kita semua untuk meninggalkan kepedihan, sakit hati, putus asa, amarah, dan berbagai penderitaan lain. Kita memerlukan keberanian, kerendahan hati, dan kemauan yang besar untuk menempuh risiko ketika menyeberangi jembatan itu, tapi di ujung sana; kedamaian, kebahagiaan, cinta, dan kenyamanan telah menanti kita. Memaafkan secara tuntas memungkinkan kita hidup secara penuh. Allah swt berfirman, “Jika kamu menyatakan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Kuasa.” QS an-Nisaa’ [4]: 149

Begitu seringnya kita menghidupkan kembali kepahitan-kepahitan masa lalu dan bangga akan status kita sebagai seorang martir dalam setiap kejadian. Tapi sayang, ia diikuti pula oleh rasa marah, kebencian yang meracuni pengalaman yang mestinya sangat membahagiakan itu. Hanya ada satu obat dalam hal ini yaitu memaafkan dan melupakan kepahitan-kepahitan itu. Brian Tracy menyarankan agar kita "membagi selimut maaf kepada siapa pun untuk apa pun yang pernah mereka perbuat untuk menyakiti Anda."

Saudaraku, ketahuilah bahwa benak kita hanya dapat diisi oleh satu pikiran setiap kalinya. Karena itu, begitu Anda mulai memikirkan alasan untuk memaafkan orang lain, berarti Anda akan menarik semua energi dan bahan bakar yang diperlukan oleh emosi negatif, dalam bentuk rasa marah dan penyesalan, agar tetap menyala. Anda menyetel kembali kendali mental Anda, saat itu Anda sedang menjaga diri Anda agar tetap tenang dan positif. Karena itu pula, Mahatma Gandhi percaya bahwa, "orang yang lemah tidak pernah sanggup memberi maaf. Memaafkan merupakan ciri orang kuat."

Robin Sharma berkata, “Memaafkan adalah tindakan spiritual yang berani. Memaafkan juga salah satu cara terbaik untuk menaikkan kualitas hidup Anda. Saya telah menemukan bahwa setiap menit yang Anda gunakan untuk memikirkan seseorang yang berbuat salah kepada Anda adalah menit-menit yang telah Anda curi dari pencarian yang lebih berharga: mendapatkan orang yang akan membantu Anda.”

Suatu ketika seorang pria bertanya kepada Rasulullah saw tentang akhlak yang baik, maka beliau membacakan firman Allah, “Jadilah engkau pemaaf dan perintahkan orang mengerjakan yang ma’ruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh.” (QS al-A’raaf: 199). Kemudian beliau bersabda lagi, “Itu berarti engkau harus menjalin hubungan dengan orang yang memusuhimu, memberi kepada orang yang kikir kepadamu dan memaafkan orang yang menganiayamu.” Hr. Ibnu Abud-Dunya

Orang yang sukses adalah orang yang dapat menerima kritik dari orang lain secara bijak. Walaupun betul sebuah kritik tidak akan mematikan Anda, kepedihan yang ditinggalkannya bisa terasa lama. Karena itu "orang sukses adalah orang yang dapat membangun fondasi dari batu-batu yang dilemparkan oleh orang lain kepadanya," demikian yang disampaikan oleh David Brinkley. Yang dimaksud dengan membangun fondasi adalah sikap memaafkan. Karena itu Mark Twain menulis, “Memaafkan adalah keharuman bunga violet yang memancar dari tumit yang menginjaknya.”

Karena itu, jadilah orang yang mampu memaafkan kesalahan orang lain, mampu menerima dengan lapang dada setiap kritikan, bagaimana pun pedih dan sakitnya. Karena dengan demikian Anda akan terbebas dari beban batin. Anda akan menjadi orang yang bahagia, karena mampu menghindari keburukan, dengan tidak membalas suatu keburukan dengan keburukan. Energi Anda tidak terkuras untuk hak-hal yang tak bermanfaat, dan silaturahim tetap terjaga.

Ketika Anda memaafkan orang lain dan kemudian mengikhlaskannya, dengan segera Anda merasa lebih ringan dan lebih bahagia. Ketika pemikiran-pemikiran yang mengandung kemarahan dan kekecewaan mulai menghilang, benak Anda sesungguhnya dengan segera akan terisi dengan pemikiran-pemikiran yang positif. Anda akan dapat memiliki lebih banyak lagi energi dan antusiasme, Anda akan merasa lebih kuat dan lebih percaya diri. Seluruh masa depan Anda akan terbuka dan bersinar, seperti pagi di musim panas!

Bayangkan jika Anda terus menumpuk dendam dan kebencian di dalam hati Anda? Maka penyakit darah tinggi dan stroke akan mengancam kehidupan Anda. Bayangkan jika hidup Anda terus-menerus dibayangi oleh wajah orang yang telah menyakiti hati Anda? Maka Anda telah mematikan energi positif dan berbagai potensi yang ada di dalam diri Anda.

http://www.spiritualsharing.net/read/detail/28/belajar-memaafkan-orang-lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar